expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 22 November 2010

Penelitian Jarlit Bidang Pendidikan BAPPEDA Kota Banjarmasin Tahun 2010



Penelitian ini terlaksana pada tahun 2010 atas kerjasama Lemlit Unlam dengan BAPPEDA Kota Banjarmasin, atas permintaan beberapa pihak maka hasil penelitian ini kami share kembali melalui posting ini. Semoga bermanfaat.




RINGKASAN EKSEKUTIF
JARINGAN PENELITIAN BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2010


KONTRIBUSI IKLIM KERJA DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP
KINERJA GURU SMP NEGERI KOTA BANJARMASIN



PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Meningkatkan kinerja guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan sebagaimana yang diharapkan masyarakat bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam hal ini sejumlah aspek yang terkait baik yang melekat pada diri guru seperti: moral, kemampuan, pengalaman, motivasi dan sebagainya, maupun yang berada di luar guru seperti kesejahteraan, iklim keda, kepemimpinan kepala sekolah, gaji, kurikulum, sarana dan prasarana, perlu ditingkatkan. Tanpa mengurangi peranan masing-masing aspek tersebut kiranya aspek iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan aspek penting dalam meningkatkan kinerja guru termasuk guru-guru di SMP Negeri Kota Banjarmasin. Dengan demikian aspek tersebut perlu mendapat perhatian jika ingin meningkatkan kinerja guru, khususnya dengan melakukan penelitian ini.

Selanjutnya iklim kerja yang kondusif sangat diharapkan terjadi  di sekolah. Berusaha agar para guru merasa senang dengan lingkungan kerjanya adalah penting untuk dilakukan agar kinerja guru meningkat. Bila suatu lingkungan kerja terbentuk iklim kerja yang harmonis dan kondusif, maka dapat diartikan bahwa sebagian kebutuhan orang yang berada dalam lingkungan kerja tersebut terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan seseorang dapat melahirkan kepuasan tersendiri. Suasana atau iklim kerja  yang penuh tekanan, tidak harmonis dan tidak kondusif di lingkungan sekolah, antara guru dengan guru, guru dengan siswa, guru dengan kepala sekolah, ataupun dengan staf administrasi tentu tidak akan meningkatkan kinerja guru, yang berimplikasi pada proses pembelajaran yang kurang efektif dan efisien.
Ada beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang untuk bekerja yaitu: kesempatan untuk maju dalam karier, rasa aman bahwa pekerjaan tersebut akan terus dimiliki, atasan yang dapat memenuhi kebutuhan pekerja dan memperlakukan dengan adil, penghasilan yang memadai, teman kerja yang kompak, lingkungan kerja  yang menyenangkan karena sesuai bakat, minat, kemampuan serta aspirasi dan sebagainya. Hal ini berarti bahwa untuk menghasilkan prestasi yang baik yang sehingga kinerja  juga baik, maka banyak faktor yang mempengaruhinya baik yang berasal dari dalam diri seseorang maupun faktor dari luar diri seseorang seperti pimpinan, dan lingkungan kerja Dengan demikian untuk menghasilkan kinerja yang optimal faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis serta kondusif sehingga kinerja  guru diharapkan meningkat, peranan pimpinan/atasan yang dalam hal ini kepala sekolah sangatlah strategic. Penciptaan iklim keda dalam sekolah merupakan bagian tanggung jawab dari kepala. sekolah. Peran kepala sekolah dalam lingkungan sekolah adalah sebagai pemimpin, pendidik, supervisor, inovator, dan motivator.
Kepala sekolah diharapkan dapat mengembangkan kepada bawahannya nila - ­nilai yang menjadi dasar filosofi, keyakinan, sikap, norma, tradisi, prosedur, dan harapan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan kinerjaguru dalam berbagai aspek. Diharapkan kepala sekolah dapat menciptakan suasana atau iklim keda yang kondusif dan kompetitif di sekolah.
Sebagaimana diuraikan di atas, untuk meningkatkan kinerja guru di SMP Negeri di Kota Banjarmasin sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang diharapkan maka masalah iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah perlu diperhatikan dan dikaji secara mendalam. Untuk inilah penelitian ini dilakukan.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan Tatar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi menjadi lima hal, yaitu:
1.           Apakah ada kontribusi iklim kerja terhadap kinerja  guru SMP Negeri di Kota Banjarmasin
2.           Apakah ada kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kota Banjarmasin.
3.           Apakah ada kontribusi iklim kerja, kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja  guru SMP Negeri di Kota banjarmasin
C.   Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.           Untuk mengetahui apakah ada kontribusi iklim kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri Kota Banjarmasin
2.           Untuk mengetahui apakah ada kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja  guru SMP  Negeri  di Kota Banjarmasin
3.           Untuk mengetahui apakah ada kontribusi iklim kerja, kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMP  Negeri di Kota Banjarmasin
D.   Hipotesis Penelitian
1.      Ada kontribusi yang berarti dari iklim kerja terhadap kinerja guru  SMP Negeri di Kota Banjarmasin
2.      Ada kontribusi yang berarti dari kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP  Negeri di Kota Banjarmasin

3.      Ada kontribusi yang berarti dari iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMP  Negeri di Kota Banjarmasin

E. Definisi Operasional
1.         Kinerja Guru
Yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah performance yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yang diukur melalui kualitas kerjanya, ketepatan dan kecepatan kerja, inisiatif dalam kerja, kemampuan kerja dan kemampuan mengkomunikasikan pekerjaan.
2.    Iklim kerja
Iklim kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suasana hubungan antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, guru dengan orang tua siswa, guru dengan siswa, sekolah dengan orang tua siswa, guru dengan staf administrasi yang diciptakan oleh pola hubungan yang harmonic untuk mewujudkan tujuan bersama, yang ditunjukkan oleh intensitas dan kualitas hubungan sesama guru dan kepala sekolah, keterlibatan guru dalam kegiatan sekolah, kesediaan untuk saling membantu, keterbukaan dalam sekolah, adanya diskusi dan komunikasi antar personal, iklim kerja ini diukur dengan melihat keakraban baik itu kedinasan ataupun kekeluargaan, persaingan, ketertiban organisasi sekolah, keamanan, fasilitas dan hubungan antara sekolah dengan orang tua/wali murid.
3.    Kepemimpinan kepala sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini maksudnya adalah kemampuan kepala sekolah SMP untuk menggerakkan, mempengaruhi, membimbing, mengajak, memotivasi dan mengarahkan dengan maksud agar dapat bekerja secara optimal untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien yang tercermin dalam kemampuannya sebagai organisator, administrator, supervisor, menunjukkan keteladanan dan menciptakan iklim kerja yang baik. Dalam hal ini ditunjukkan dengan keterbukaan, perhatian terhadap bawahan, cara berinteraksi dan cara pengambilan keputusan.

KAJIAN TEORI
Pada bagian ini diuraikan beberapa konsep teori sebagai landasan dalam Penelitian  hasil penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.
A.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Surya (2002: 330) faktor mendasar yang berkaitan erat dengan kinerja professional guru adalah kepuasan kerja yang berkaitan erat dengan kesejahteraan para guru. Kepuasan ini dilatarbelakangi oleh faktor-faktor: a) imbalan jasa, b) rasa aman, c) hubungan antar pribadi, d) kondisi kerja, dan c) kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri. Jalal dan Supriyadi (2001: 221-225) mengatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja diperlukan a) peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya, b) pengembangan karier yang menarik, c) menjaring calon guru yang bermutu tinggi, d) restruktufisasi pendidikan perjabatan guru terpadu.
Sinungan (2002:4), menuliskan beberapa faktor yang memperngaruhi kinerja seseorang, yaitu: kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja, penghasilan dan hubungan kerja. Selanjutnya Wahjo Sumidjo (1987: 22) menyebutkan bahwa terwujudnya hubungan harmonis dipengaruhi gaya kepemimpinan atasan, dalam lembaga pendidikan SMP atasan adalah kepala sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang termasuk kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun yang berasal dari luar. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja, maka dipilih beberapa faktor saja yang diduga mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru SMP yaitu faktor: iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah.
B.  Iklim Kerja
Iklim kerja di sini maksudnya adalah suasana kerja antara guru dengan guru, guru dengan staf administrasi, guru dengan kepala sekolah, dan sekolah dengan orang tua siswa dan sebagainya. Dalam penelitian ini iklim kerja digambarkan pada suasana keakraban dalam kedinasan dan kekeluargaan, persaingan, ketertiban organisasi sekolah, keamanan dan tersedianya fasilitas serta hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa yang sekaligus merupakan indikator iklim kerja. (Wahjo Sumidjo 2003: 182). Keakraban adalah perwujudan tata hubungan antara kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, para siswa yang mencerminkan sikap dan rasa kebersamaan, kegotong royongan,keterbukaan tolong menolong, dan rasa hormat antar sesama warga sekolah. Persaingan rentan memunculkan konflik oleh sebab itu perlu dikembangkan hubungan atas dasar prinsip saling menghormati. Ketertiban organisasi adalah kondisi yang yang serba teratur dengan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, penggunaan sarana/prasarana sekolah serta pengembangan kedisiplinan. Keamanan, ialah rasa aman dan tenteram yang dirasakan oleh seluruh warga  sekolah. Fasilitas harus diperhatikan karena sekolah sebagai lingkungan pendidikan hanya dapat terselenggara apabila mendapat dukungan fasilitas yang memadai, seperti tersedianya perlengkapan belajar, perlengkapan kerja dan ruang kerja yang menyenangkan. Selanjutnya hubungan kedasarna dengan orang tua/wali siswa diperlukan dalam usaha membantu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah. (Wahjo Sumidjo 2003: 182-188)
       C. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Fakor penting dalam menggerakkan orang lain untuk melaksanakan tugasnya adalah kepemimpinan, sebab kepemimpinanlah yang akan menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung proses pelaksanaan organisasi secara keseluruhan. Menurut Yuki, (1996: 3). "leadership is exercised when persons..., ...mobilize...... institutional, political psychological and other resources so as to arouse, engage, and satisty Me motives of followers-". Yang artinya, kepemimpinan adalah latihan ketika orang-orang mengerahkan ... kelembagaan, politik, psikologi, dan sumber daya­sumber daya yang lain seperti juga mengggerakkan/mengikut sertakan dan memberikan kepuasan sebagai dorongan bagi para, pengikutnya.Heresy & Blanchard (1985: 5) mengatakan: Leadership occurs any time one attempts to influence, the hehaviour on individual or group, regardless of the reason. It may be for one's own golas or for those of others, and they may or may not zol he congruent with organizational goals.
Pengertian di atas menggambarkan bahwa kepemimpinan dapat terjadi kapanpun ketika seseorang untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau perilaku kelompok tanpa mempertimbangkan alasannya.,Upaya mempengaruhi perilaku ini untuk mencapai tujuan dirinya atau tujuan orang lain, tujuan tersebut mungkin sama atau mungkin berbeda dengan tujuan organisasi. Dengan demikian pemimpin adalah orang yang memiliki kelebihan sehingga dia memiliki kekuasaan dan kewibawaan untuk menggerakan, mengarahkan, dan membimbing bawahan juga mendapat pengakuan serta dukungan dari bawahan,sehingga dapat menggerakan bawahan mencapai tujuan tertentu. Mengenai pentingnya kepemimpinan dalam organisasi, Keith Davis (Onong Uchjana Effendy, 1999: 166) menyatakan sebagai berikut: manusia adalah bagian yang paling berharga dalam peradaban. Tanggung jawab apakah yang penting dari pada kepemimpinan dan pengembangan manusia? Tanpa kepemimpinan, sebuah organisasi hanyalah merupakan kemelut dari manusia dan mesin Kepernimpinan adalah kemampuan membujuk orang lain agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan gairah. Adalah faktor manusia yang mempersatukan suatu kelompok dan memotivasikannya kearah tujuan. Kepemimpinan mentrasnformasikan kesanggupan menjadi kenyataan. Kepemimpinan merupakan kegiatan utama bagi berhasilnya semua kesanggupan yang terdapat pada organisasi dan pada manusianya.
         D.  Kerangka Pikir
Dalam mencapai hasil yang baik dan optimal, seorang guru harus mempunyai prestasi dalam pembelajarannya. Suasana kerja yang menyenangkan, akan menjadi kunci pendorong bagi karyawan dan juga guru untuk menghasilkan kinerja tinggi. Sesuai dengan pendapat di atas, kinerja seorang guru bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, guru dan karyawan/pegawai tata usaha, antara guru dengan guru, guru dengan siswa, guru dengan kepala sekolah dan dengan masyarakat. Iklim kerja termasuk juga iklim sekolah merupakan perangkat sifat-sifat lingkungan yang dirasakan langsung oleh peker a termasuk guru Berta diduga punya pengaruh besar terhadap kinerja mereka.
 Hubungan sosial yang baik antar pekerja termasuk guru dapat meningkatkan keakraban dan akan menunjukkan kinerja yang baik pula. Hubungan antar pribadi dalam sekolah akan tercermin dalam interaksi dan komunikasi antar individu. Hubungan antar pribadi itulah yang membentuk organisasi.
Perasaan positif, seperti senang, bahagia, tenang dan tenteram; rasa aman, rasa puas karena kebutuhan terpenuhi dengan baik, dan sebagainya akan berpengaruh terhadap kualitas kerja guru. Konsekuensinya adalah guru yang bahagia akan menghasilkan produk yang banyak dan berkualitas. Selanjutnya, jika guru sukses akan menghasilkan produk yang banyak dan berkualitas, akan lebih puas dengan tugas-tugasnya dan dengan demikian guru tidak segan-segan melakukan kegiatan yang dikehendaki sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah sangat besar artinya dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan dapat direalisasikan. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan tercermin dalam kemampuannya memberdayakan guru, menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, melakukan hubungan yang harmonis baik dalam interen sekolah maupun luar sekolah, mampu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru, dan berhasil mewujudkan tujuan sekolah. Peran penting kepala sekolah sebagai pemimpin adalah membuat orang­orang seperti guru dan karyawan yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, karakter yang berbeda dapat bersatu untuk mencapai tujuan sekolah, maka kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan kompetitif, serta mengembangkan wawasan mutu dalam semua aktivitas pendidikan yang dilakukan guru.

METODE PENELITIAN
A.    Rancangan Penelitian
Dilihat dari segi pendekatan yang digunakan, maka penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan teknik korelasional. Tehnik korelasional, yaitu penelitian yang, dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel.
Dengan tehnik korelasi dapat diketahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain. (Arikunto, 2005: 247-248).Penelitian ini bermaksud mengetahui hubungan yang terdapat antara tiga variabel, yakni iklim kerja (XI), variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) dan variabel kinerja guru (Y).Hubungan antara variabel XI, variabel X2 dan variable Y dalam penelitian ini dilukiskan sebagai berikut
             X1
                                                         Y
       X2

Gambar 3.1. Diagram Hubungan Variabel X1 – X2 - Y
Dari gambar di atas variabel X1 dan  X2 digolongkan variabel bebas (independent) sedangkan variabel Y adalah variabel terikat (dependent).

B.         Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP Negeri yang ada di Kota Banjarmasin yang berjumlah 34 sekolah dengan jumlah guru 485 orang. Tidak semua guru dijadikan sumber data. Sumber data ditentukan oleh 2 orang guru sebagai wakil dari tiap-tiap sekolah. Pengambilan sumber data untuk masing-masing sekolah, menggunakan teknik proportional random. Untuk menentukan anggota sumber data menggunakan teknik acak sederhana (simple random) dengan cara mengambil anggota melalui undian.
Tabel  3.1 Distribusi populasi dan sampel
No.
Nama populasi dan sampel
Jumlah guru
Jumlah sumber data
1
SMP N 1 Banjarmasin

2
2
SMP N 2 Banjarmasin

2
3
SMP N 3 Banjarmasin

2
4
SMP N 4 Banjarmasin

2
5
SMP N 5 Banjarmasin

2
6
SMP N 6 Banjarmasin

2
7
SMP N 7 Banjarmasin

2
8
SMP N 8 Banjarmasin

2
9
SMP N 9 Banjarmasin

2
10
SMP N 10 Banjarmasin

2
12
SMP N 12 Banjarmasin

2
13
SMP N 13 Banjarmasin

2
14
SMP N 14 Banjarmasin

2
15
SMP N 15 Banjarmasin

2
16
SMP N 16 Banjarmasin

2
17
SMP N 17 Banjarmasin

2
18
SMP N 18 Banjarmasin

2
19
SMP N 19 Banjarmasin

2
20
SMP N 20 Banjarmasin

2
21
SMP N 21 Banjarmasin

2
22
SMP N 22 Banjarmasin

2
23
SMP N 23 Banjarmasin

2
24
SMP N 24 Banjarmasin

2
25
SMP N 25 Banjarmasin

2
26
SMP N 26 Banjarmasin

2
27
SMP N 27 Banjarmasin

2
28
SMP N 28 Banjarmasin

2
29
SMP N 29 Banjarmasin

2
30
SMP N 30 Banjarmasin

2
31
SMP N 31 Banjarmasin

2
32
SMP N 32 Banjarmasin

2
33
SMP N 33 Banjarmasin

2
34
SMP N 34 Banjarmasin

2

J u m l a h

              68



C. Instrumen Penelitian
Pada bagian ini diuraikan hal-hal yang meliputi: 1) jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian, 2) uji cobs (try out) instrumen, 3) validitas instrumen, dan 4) realibilitas instrumen.
1. Jenis  instrumen
Sesuai dengan variabel yang diteliti, maka pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket.
   Angket yang digunakan mengungkapkan data kinerja guru SMP Negeri Kota Banjarmasin meliputi kualitas kerja, ketepatan dan kecepatan kerja, inisiatif dalam kerja, kemampuan kerja, dan kemampuan mengkomunikasikan pekerjaan, juga mengungkap data tentang iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah. Angket yang digunakan adalah model semi terbuka. Angket semi terbuka artinya responden adakalanya harus memilih altematif jawaban yang telah disediakan, tetapi ada juga yang harus mengisi di tempat yang sudah disediakan. Sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Penggunaan angket ini dengan asumsi bahwa subyek penelitian merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. Daftar pertanyaan yang diberikan cukup jelas dan mudah dipahami sehingga responden dapat melakukan wawancara dengan dirinya. Angket dalam penelitian ini dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berupa angket semi terbuka digunakan untuk memperoleh informasi tentang status SMP, status kepegawaian, responden, pendidikan tertinggi yang pemah dicapai, jurusan/program studi terakhir, pengalarnan, kerja, dan mata pelajaran yang diampu sekarang.
  Bagian kedua berupa angket tertutup untuk mengungkap data tentang variabel terikat yaitu kinerja guru SMP di Kota Banjarmasin. Pada bagian ini diungkap meliputi kualitas kerja, ketepatan clan kecepatan kerja, inisiatif dalam kerja, kemampuan kerja, dan kemampuan mengkomunikasikan pekerjaan yang merupakan indikator dari kinerja. Alternatif jawaban, yaitu: sangat sering (SS), sering (S), kadang-kadang (KK), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Nilai atau skor untuk setiap jawaban dari pertanyaan/pernyataan positif adalah: SS = 5, S = 4, KK = 3, JR = 2, TP = 1, sedangkan untuk pertanyaan/pernyataan negatif, nilai/skomya sebaliknya. Bagian ketiga merupakan angket tertutup untuk mengungkap data tentang iklim kerja yang meliputi: keakraban, persaingan, ketertiban organisasi sekolah, keamanan, fasilitas dan juga hubungan antara orang tua/wali murid dengan lima alternatif pilihan jawaban yaitu: selalu (SL), sering (S), kadang­kadang (KK), jarang (J), dan sangat jarang (SJ). Mai atau skor untuk pertanyaan/pernyataan positif adalah SL = 5, S = 4, KK = 3, J = 2, dan SJ 1, sedangkan untuk pertanyaan/pernyataan negatif, skor sebaliknya. Bagian keempat berupa angket tertutup untuk mengungkap data tentang variabel kepemimpinan kepala sekolah. Yang meliputi sikap keterbukaan, perhatian terhadap bawahan, cara berinteraksi, dan cara pengambilan keputusan. Pada bagian ini alternatif pillhan jawaban juga menggunakan skala liken dengan lima alternatif jawaban. Adapun alternatif jawabannya adalah sebagai berikut: sangat sering (SS), sering (S), sedang (SD), jarang (J), dan tidak pernah (TP). Nilai atau skor untuk setiap jawaban dari pertanyaan/pernyataan negatif adalah sebagai berikut: SS = 5, S = 4, SD = 3, J = 2, dan TP = 1, sedangkan untuk pertanyaan/ pemyataan negatif skor/nilai sebaliknya. Untuk lebih jelasnya, aspek-aspek yang diungkap dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Kisi – Kisi Intrumen Untuk Variabel Kinerja Guru
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Nonor Butir
Kinerja guru
Kualitas
kerja
a.       Merencanakan program pengajaran dengan tepat
b.       Melakukan penilaian hasil belajar
c.        Berhati-hati dalam menjelaskan materi ajaran
d.       Menerapkan hasil penelitian
1,2,3
4,5
6
7

Kecepatan/
Ketepatan
Kerja
a.       Menerapkan hal-hal yang baru dalam pembelajaran
b.       Memberikan materi ajar sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa
c.        Menyelesaikan program pengajaran sesuai kalender akademik
8,11,12
9,13,14

15,16
17,18

Inisiatif
Dalam  kerja
a.       menggunakan media dalam pembelajaran
b.       menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran
c.        Menyelenggarakan administrasi sekolah dengan baik
d.       Menciptakan hal-hal baru yang lebih efektif dalam menata administrasi sekolah
19,20
21,22,23
24,25,27
28,29,30
31

Kemampuan kerja
a.       mampu dalam memimpin kelas
b.       mampu mengelola IBM
c.        Mampu melakukan penilaian hasil belajar siswa
d.       Mengusai landasan pendidikan
32,33,34
35,36,37
38,10,39


Komunikasi
a.       Melaksanakan layanan bimbingan belajar
b.       Mengkomunikasi hal-hal baru dalam pembelajaran
c.        Menggunakan berbagai teknik dalam mengelola proses belajar mengajar
d.       Terbuka dalam menerima masukan untuk perbaikan pembelajaran
40, 41
42,43,44
45,46

47,48
Sumber : Hamzah B.Uno (2007:94)



Tabel 3.3 Kisi – Kisi Intrumen Untuk Variabel Iklim kerja  Guru
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Nonor Butir
Iklim kerja
Keakraban 
a.       mengembangkan hubungan kerjasama
b.       Mengembangkan hubungan atas dasar prinsip keterbukaan
1,2,3,4
5,6

Persaingan 
a.       Mengembangkan hubungan atas dasar prinsip saling hormat menghormati
7,8,10


Ketertiban organisasi sekolah 
a.       mengembangkan tugas secara bertanggung jawab
b.       penggunaan sarana/prasarana sekolah
c.        pengembangan kedisiplinan
9
11,12
13, 14

Keamanan 
a.    Memelihara keamanan sekolah
15,16
17,18

Fasilitas
a.       tersedia perlengkapan belajar yang lengkap
b.       tersedia perlengkapan kerja yang cocok
c.        tersedia ruang kerja yang menyenangkan
19,20
21,22
24,23

Hubungan dengan orang tua siswa
a. kerjasama dengan orang tua/wali siswa
25,26
27


Tabel 3.4 isi – Kisi Intrumen Untuk Variabel  Kepemimpinan kepala sekolah
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Nonor Butir
Kepemimpinan kepala
sekolah
Keterbukaan
a. Merumuskan kebijakan melalui musyawarah
b. Mendelegasikan tugas dengan jelas
c. Pelaksanaan tata tertib organisasi
1,2,6
3,4
5,7

Perhatian terhadap bawahan
a.       membantu pekerjaan agar dapat dilaksanakan
b.       meningkatkan moral dan semangat staf
c.        memberikan pengajaran atas usaha perorangan
d.       memberikan dorongan dan penghargaan
e.        membantu staf mengatasi masalah
f.        keramahan dalam melakukan pendekatan
8
9
10,11
12,13
14
15,16

Interaksi
a.       membina hubungan yang  harmonis
b.       bersedia memperbaiki posisi yang telah terbentuk
17,18
19

Pengambilan keputusan
a.       mengembangkan nilai-nilai kehidupan sekolah yang demokratis
b.       mengusahakan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan
20,21
22
23

2. Uji Coba ( Try out) Intrumen
       Uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk mendapatkan instrumen yang memiliki validitas dan realibilitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat instrumen dikatakan reliabel instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dengan hasil konsisten (Sugitono,2001)
3. Validitas Instrumen
Validitas instrumen dalam penelitian ini didasarkan pada validitas konstruk. Validitas konstruk mengarah pada seberapa jauh faktor-faktor yang menjadi bagian instrumen, yaitu butir-butir mampu mengukur sifat bangun pengertian atau konstruk teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Untuk mengetahui validitas konstruk dalam penelitian im, digunakan analisis butir. Dengan analisis butir ditemukan hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independent satu dengan yang lain (interrelationship) sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Proses analisis butir menggunakan bantuan program SPSS 11.0 for windows.
Untuk mengungkapkan aspek yang akan diteliti maka diperlukan alat ukur yang reliabel dan valid, sehingga kesimpulan dari hasil penelitian tidak menyimpang dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Apabila variabel yang dimaksudkan dalam penelitian diungkap lewat alat ukur dimana reliabilitas dan validitasnya belum teruji   maka kesimpulan penelitian tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid, bila instrumen tersebut dapat mengukur dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tetap. Sementara hasil penelitian yang valid, bila terdapat kesamaan antara data terkumpul dengan data sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Suatu instrumen dikatakan valid, jika koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya lebih besar dari r tabel. Sedangkan jika korelasi antara skor item dengan skor total kurang dari r tabel, maka item dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Dalam penelitian ini dengan N sebanyak 34 responden didapat r tabel-nya sebesar 0,361 (Sugiono, 2003).
Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan Alpha Cronbach, dimana suatu instrumen dikatakan reliabel atau andal apabila memiliki koefisien kehandalan atau reliabilitas sebesar 0, 60 atau lebih (Arikunto :1998). Berdasarkan hasil uji validitas diterapkan pada 34 guru atau uji coba di SMP, mendapatkan hasil seperti pada tabel-tabel berikut. Selanjutnya hasil ini nanti akan digunakan pada semua sampel penelitian sebanyak 68 guru. Uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi produk moment,:
Tabel 3.5. Hasil uji Validitas Iklim Kerja

Junlah soal
Jumlah soal Valid
Jumlah soal tidak valid

27

23

4

 Tabel 3.6 hasil uji Validitas kepemimpinan kepala sekolah

Junlah soal
Jumlah soal Valid
Jumlah soal tidak valid

23

20

3

Tabel 3.7 hasil uji Validitas Instrumen Kinerja guru

Junlah soal
Jumlah soal Valid
Jumlah soal tidak valid

48

37

11
Sumber Lampiran 3
4.       Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini didasarkan atas internal conssistency dan untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus koefisien Alpha dari Cronbach karena data dari instrumen menggunakan Skala Likert. Adapun rumusnya sebagai berikut :
R11 =  

Keterangan
R11 = Reliabilitas instrumen
K     = Banyaknya butir pertanyaan
 = jumlah varian butir
     = Varian total

Kriteria instrumen yang reliable adalah apabila nilai koefisien Alpha sekurang ­kurangnya 0,7 sebagai batas terendah (Kaplan, 1982: 106). Perhitungan reliabilitas dilakukan setelah perhitungan validitas, sehingga hanya butir instrumen yang valid yang dianalisis. Proses analisis menggunakan bantuan program  SPSS for windows 11.0


Dari Uji reliabilitas didapatkan hasil sebagai  berikut :
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas

No.
Variabel
Nilai
Kreteria
1
2
3

Iklim kerja
Kepemimpianan kepala sekolah
Kinerja guru
0,8891
0,7840
0,8619
Sedang
Rendah
Sedang
Nilai reliabilitas yang relatif cukup baik ini menjadikan kuesioner cukup handal untuk dijadikan alas ukur pada semua responder.
D. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis , ada beberapa hal yang perlu dikerjakan dahulu, yaitu mendeskripsikan data, menghitung persyaratan analisis, kemudian dilanjutkan dengan menguji hipotesis.
1.      Deskripsi data
Data yang terkumpul ditabulasikan pada masing-masing variabel untuk mencari harga rerata dan simpangan baku dari setiap variabel. Untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel frekuensi pada setiap variabel. Tabel distribusi frekuensi data dibuat dengan cara menentukan kelas interval, dan untuk menentukan banyaknya kelas interval berpedoman pada aturan Sturges.
Pembuatan daftar distribusi frekuensi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Menentukan rentang kelas masing-masing variabel, yaitu data skor terbesar dikurangi data skor terkecil.
b.         Menentukan banyaknya kelas interval dengan rumus 1+3,3 log n.
c.         Menentukan panjang kelas interval dengan rumus; rentang kelas dibagi dengan benyaknya kelas interval ditambah satu.
d.         Memilih ujung kelas interval pertama untuk melihat kecenderungan hasil pengukuran masing-masing variabel.
Selanjutnya untuk mengetahui kecenderungan hasil pengukuran variabel iklim kerja, kepemimpinan kepala sekolah Berta kinerja guru digunakan rerata ideal (Mi) sebagai perribanding yang dibedakan menjadi empat kategori, yaitu dengan norma sebagai berikut:
                  X > (Mi + 1,5 Sdi)                     = tinggi/baik
                  Mi < X <_ M + 1,5 Sdi              = cukup/cukup baik
                  (Mi – 1,5 Sdi) : X < Mi               = kurang/kurang baik
                  X < (Mi – 1,5 Sdi)                     = rendah/tidak baik
Penentuan jarak 1,5 Sdi untuk kategori ini didasarkan pada kurve distribusi normal yang secara teoritik berjarak 6 (enam) simpangan baku. (Sudjana. 2000). Untuk menghitung besarnya rerata ideal (Mi) dan simpangan baku/standar deviasi ideal (Sdi) digunakan rumus sebagai berikut:
                    Mi        = 0,5 (nilai ideal tertinggi ditambal nilai ideal terendah)
                    Sdi       = 1/6 (nilai ideal tertinggi dikurangi nilai ideal terendah)
Berdasarkan uraian di atas, data, diperoleh hasil perhitungan rerata ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (Sdi) untuk setiap variabel adalah sebagai berikut: untuk variabel iklim kerja butir pernyataan 23. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai 115 dan nilai terendah yang mungkin dicapai = 23. berarti Mi 0,5 ( 115 + 23) = 69 dan Sdi = 1/6 ( 115 – 23) = 15,36. Instrumen untuk variabel iklim kerja ini terdiri dari atas 6 sub variabel yaitu: (a) keakraban , butir pernyataannya berjumlah 4. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai 20 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 4. Berarti Mi = 0,5 (20+4) = 12 dan Sdi = 1/6 (20-4) = 2,7; (b) persaingan, butir pernyataannya berjumlah 2. dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 10 clan nilai terendah yang mungkin dicapai 2. Berarti Mi = 0,5 (10+2) = 6 dan Sdi = 1/6 (10-2) = 1,3; (c) ketertiban organisasi sekolah, butir pernyataannya berjumlah 4.
Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 20 dan nilai terendah yang mungkin dicapai  4. Berarti Mi = 0,5 (20+4) = 12 dan Sdi = 1/6 (20-4) = 2,7; (d) keamanan, butir pemyataannya berjumlah 4. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 20 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 4. Berarti Mi = 0,5 (20+4) = 12 dan Sdi = 1/6 (20-4) = 2,7; (e) fasilitas, butir pernyataannya berjumlah 6. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 30 dan nilai terendah yang mungkin dicapai = 6. Berarti Mi = 0,5 (30+6) = 18 dan Sdi = 1/6 (30-6) = 4; (f) hubungan dengan orang tua siswa, butir pernyataannya berjumlah 3. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 15 dan nilai terendah yang mungkin dicapai = 3. Berarti Mi = 0,5 (15+3) = 9 dan Sdi = 1/6 (15-3) = 2.
Angket untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah pernyataannya berjumlah 20 butir. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan nilai terendah yang mungkin dicapai = 20. Berarti Mi = 0,5 ( 100 + 20) = 60 dan Sdi = 1/6 (100 – 20 ) = 13,36. Instrumen untuk variabel iklim kerja ini terdiri dari atas 6 sub variable yaitu: (a) keterbukaan , butir pernyataannya berjumlah 6. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 30 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 6. Berarti Mi = 0,5 (30+6) = 18 dan Sdi = 1/6 (30-6) = 4; (b) perhatian terhadap bawahan , butir pernyataannya berjumlah 7. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 35 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 7. Berarti Mi = 0,5 (35+7) = 21 dan Sdi = 1/6 (35-7) = 4,7; (c) interaksi , butir pernyataannya berjumlah 3. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 15 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 3. Berarti Mi = 0,5 (15+3) = 9 dan Sdi = 1/6 (15-3) = 2; (d) pengambilan keputusan, butir pernyataannya berjumlah 4. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 20 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 4. Berarti Mi = 0,5 (20+4) = 12 dan Sdi = 1/6 (20-4) = 2,7;
Angket untuk variabel kinerja guru berjumlah 37 pernyataan. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai 185 dan nilai terendah yang mungkin dicapai = 37. Berarti Mi = 0,5 (185 + 37) 111, dan Sdi = 1/6 ( 185 — 37 ) = 24,71. Instrumen untuk variabel iklim kerja ini terdiri dari atas 5 sub variable yaitu: (a) kualitas kerja, butir pernyataannya berjumlah 6. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 30 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 6. Berarti Mi = 0,5 (30+6) = 18 dan Sdi = 1/6 (30-6) = 4; (b) kecepatan/ketepatan kerja, butir pernyataannya berjumlah 7. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 35 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 7. Berarti Mi = 0,5 (35+7) = 21 dan Sdi = 1/6 (35-7) = 4,7; (c) insiatif dalam kerja, butir pernyataannya berjumlah 11. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 55 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 11. Berarti Mi = 0,5 (55+11) = 33 dan Sdi = 1/6 (55-11) = 7,4; (d) kemampuan kerja, butir pernyataannya berjumlah 6. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 30 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 6. Berarti Mi = 0,5 (30+6) = 18 dan Sdi = 1/6 (30-6) = 4; (e) komunikasi, butir pernyataannya berjumlah 7. Dengan demikian nilai tertinggi yang mungkin dicapai = 35 dan nilai terendah yang mungkin dicapai 7. Berarti Mi = 0,5 (35+7) = 21 dan Sdi 1/6 (35-7) = 4,7;
Lebih jelasnya perhitungan rerata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (Sdi) dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini

Tabel 3.9 hasil  perhitungan rerata ideal (Mi) dan standar
Deviasi (sdi)

No.
Variabel Penelitian dan sub Variabel penelitian
Nilai tinggi
Nilai rendah
Rerata ideal (Mi)
Standar deviasi  ideal (Sdi)
1

 Iklim kerja
a.       Keakraban
b.       Persaingan
c.        Ketertiban organisasi
d.       Keamanan
e.        Fasilitas
f.        Hubungan dengan orang tua siswa
115
20
10
20
20
30
15
23
4
2
4
4
6
3
69
12
6
12
12
18
9
15,36
2,7
1,3
2,7
2,7
4
2
`2
Kepemimpinan kepala sekolah
a.       keterbukaan
b.       perhatian terhadap bawahan
c.        intraksi
d.       pengambilan keputusan 
100
30
35
15
20
20
6
7
3
4
60
18
21
9
12
13,36
4
4,7
2
2,7
3
Kinerja guru
a.       kualitas kerja
b.       kecepatan/ketepatan kerja
c.        inisiatif dalam kerja
d.       kemampuan kerja
e.        komunikasi
185
30
35
55
30
35
37
6
7
11
6
7
111
18
21
33
18
21
24,71
4
4,7
7,4
4
4,7

Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan diatas, disusun standar skor kategori masing-masing variabel untuk mengetahui presentase kecenderungan kinerja guru di 34  SMP Negeri Kota  Banjarmasin



 Tabel 3.10  Standar skor Ketegori variabel penelitian

Variabel & Sub Variabel
Skor
Kategori
Iklim kerja
93 -115
70 - 92
47 - 69
23 - 46
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Kepemimpinan kepala sekolah
80 -100
61 -80
41 - 60
20 - 40
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Kinerja guru
149 -185
112  - 148
75 – 111
37 - 74
Tinggi
Cukup
Kurang
Renda




Tabel 3.11  Standar skor Ketegori sub Variabel Iklim kerja

Sub Variabel  Kinerja guru
Interval
Kategori
Keakraban
17 – 20
13 – 16
9 – 12
4 – 8
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Persaingan
9 – 10
7 – 8
5 – 6
2 – 4
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Ketertiban
17 – 20
13 – 16
9 – 12
4 – 8
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Keamanan
17 -20
13 – 16
9 – 12
4 – 8
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Fasilitas
25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 - 12
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Hubungan dengan orang tua siswa
13 – 15
10 – 12
7 – 9
3 - 6
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
               
                  
                  Tabel 3.12  Standar skor Ketegori sub Variabel Kepemimpinan kepala sekolah

Sub Variabel  kepemimpinan kepala sekolah
Interval
Kategori
Keterbukaan
25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 - 12
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Perhatian terhadap bawahan
29 – 35
22 – 28
15 – 21
7 -14
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Interaksi
13 – 15
10 – 12
7 – 9
3 – 6
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Pengambilan keputusan
17 – 20
13 – 16
9 -12
4 – 8
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah


Tabel 3.13 Standar skor Ketegori sub Variabel kinerja guru 

Sub Variabel  kinerja guru
Interval
Kategori
Kualitas  kerja
25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 -12
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Kecepatan / ketepatan kerja
29 -35
22 – 28
15 – 21
7 – 14
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Inisiatif
45 – 55
34 – 44
23 – 33
11 – 22
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Kemampuan kerja
25 – 30
19 – 24
13 – 18
6 -12
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah
Komunikasi
29 – 35
22 – 28
15 – 21
7 - 14
Tinggi
Cukup
Kurang
Rendah




2.    Perhitungan Persyaratan Analisis
Untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Sesuai tujuan penelitian ini, maka teknik statistik yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi. Untuk dapat menggunakan analisis tersebut ada beberapa syarat yang hares dipenuhi, yaitu: hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier dan tidak terjadi  multikolinieritas antar variabel bebas serta data variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi dan varian yang sama. Untuk itu diadakan perhitungan linieritas, normalitas dan perhitungan multikolinieritas.
a    Perhitungan Linieritas
Penggunaan teknik analisis regresi memerlukan asumsi bahwa hubungan antar variabel bebas dengan variable terikat sifatnya linier. Untuk mengetahui linieritas pedoman yang digunakan adalah dengan melihat hasil analisis pada lajur deviasion from linierity , sedangkan untuk menentukan keberatian arah regresinya dengan memperhatikan analiss pada lajur linienty keluaran program SPSS .Perhitungan linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas bersifat linier. Keberartian garis regresi bertujuan untuk meyakinkan apakah regresi yang didapat ada artinya untuk membuat kesimpulan tentang variabel yang diteliti. Perhitungan linieritas dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 11,0 for windows. Perhitungan linieritas ini digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara masing-masing variabel bebas, yaitu iklim kerja, kepemimpinan kepala sekolah dan variabel terikat yaitu kinerja guru SMP Negeri Kota Banjarmasin.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas sesuai dengan tujuan penelitian, kriteria normalitas t dilakukan dengan menggunakan SPSS yaitu apabila didapatkan nilai sig uji lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Kriteria yang digunakan normal tidaknya data adalah dengan melihat harga kemiringan atau skewniss dan harga keruncingan atau kurtosis . Sebuah data dikatakan normal jika kemiringan data adalah +0,5 s/d -0,5 dan keruncingannya lebih dari 0,025.
c      Perhitungan Multikolinieritas
Perhitungan multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah koefisien korelasi antar variable bebas tinggi berarti memiliki masalah multikolinieritas, sehingga penggunaan analisis regresi ganda menjadi tidak layak. Perhitungan asumsi multikolinieritas dilakukan dengan melihat besarnya koefisien korelasi antar pasangan variable independent. Kriteria yang digunakan adalah tidak lebih besar dari 0,85 untuk mengatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas antar vaiabel bebas (independent variable) (Edward, 1979).
3.    Uji Hipotesis
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan untuk masing-masing tujuan adalah sebagai berikut:
a.   Analisa yang digunakan untuk mengetahui tujuan 1:
1.      Menyusun tabel kerja dengan memasukan skor iklim kerja sebagai X dan skor kinerja guru sebagai Y.
2.      Menghitung regresi sederhana antara X dan Y dengan rumus :
    y = a +b  x (sudjana, 2002:6) dengan  :
    a =  dan b =

      (sudjana, 2002: 8)
    x adalah data variabel iklim kerja
    y adalah data variabel kinerja guru
   
    statistik uji F : (sudjana, 2002 : 18) dimana  :
    Src2 =  SG2
    JK (TC) = JK (S) – JK (G)
    JK (S)  =
    JK(G)
    K = nilai  x yang berbeda
    N = Banyaknya data
    Kreteria : tolak hipotesis nol jika  F hitung  ≥ F tabel
                     terima hipotesis nol jika : F hitung  < F tabel
                        
                        
                b. Analisa yang digunakan untuk mengetahui tujuan 2 :
1.      Menyusun tabel kerja dengan memasukan skor kepemimpinan kepala sekolah sebagai x dan skor kinerja guru sebagai y
2.      Menghitung regresi sederhana antara x dan Y dengan rumus
y = a +b x dengan
    y = a +b  x (sudjana, 2002:6) dengan  :
    a =  dan b =

      (sudjana, 2002: 8)
    x adalah data variabel iklim kerja
    y adalah data variabel kinerja guru
   
    statistik uji F : (sudjana, 2002 : 18) dimana  :
    Src2 =  SG2
    JK (TC) = JK (S) – JK (G)
    JK (S)  =
    JK(G)
    K = nilai  x yang berbeda
    N = Banyaknya data
    Kreteria : tolak hipotesis nol jika  F hitung  ≥ F tabel
                     terima hipotesis nol jika : F hitung  < F tabel
                        

                         c. Analisa yang digunakan  untuk mengetahui tujuan 3 :
1.      menggunakan tabel kerja dari tujuan no 1 dan tujuan nomor 2 dengan skor iklim kerja sebagai X1, kepemimpinan kepala sekolah X2 dan kinerja guru sebagai Y
2.      Menghitung regresi ganda antara  X1 dan X2 terhadap Y, dengan rumus
             y =  sudjana, 2002:70) dengan
   
     b1 =

     b2 =

    x1 = adalah data variabel iklim kerja
    X2 = adalah data variabel kepemimpinan kepala sekolah
     y   = adalah kinerja guru

    Statistik uji : F = dimana
    JK(reg) =
    JK (S) =   untuk
    kteria Tolak hipotesis  nol jika F hitung ≥ F tabel
               terima hipotesis nol jika F hitung < F tabel

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan bantuan program SPSS. pendekatan ini dipilih karena dalam analisisnya menghasilkan perhitungan yang diteliti dan akurat dibandingkan dengan cara manual. adapun dalam analisis ini sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kontribusi iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, sehingga dalam analisis menggunakan analisis regresi dengan metode "enter" Untuk dapat melaksanakan analisis dengan menggunakan metode enter ini kita harus memiliki data-data yang ingin diteliti.



















HASIL PENELITIAN
Kinerja guru  di  34 SMP Sekolah Negeri di Banjarmasin dalam penelitian ini ditinjau dari lima sub variabel yaitu: kualitas kerja, kecepatan dan  ketepatan kerja, inisiatif dalam kerja, kemampuan kerja dan kemampuan mengkomunikasikan pekerjaan. Dari sub variabel tersebut diperinci lagi menjadi beberapa indikator yang meliputi antara lain: merencanakan program, penguasaan bahan, pengelolaan pembelajaran, penyelesaian program pengajaran, penggunaan media dan sumber belajar, penggunaan metode belajar, penciptaan hal-hal baru, kemampuan memimpin kelas, menilai hasil  belajar siswa, penguasaan landasan pendidikan, kemampuan mengkomunikasikan hal-hal baru dan keterbukaan.
Berdasarkan analisa deskriptif, secara umum dapat diketahui bahwa kinerja guru di 34 sekolah negeri di Banjarmasin pada umumnya dalam kategori kurang (80,90%). Berdasarkan hasil perbandingan skor rerata ideal yaitu sebesar 111 dengan skor merata yang diperoleh sebesar 99,17, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dari 34 SMP Negeri se kota Banjarmasin  berada pada kategori kurang.
Dari analisis deskriptif untuk sub variabel kinerja guru diperoleh: kualitas kerja dalam kondisi kurang (64,3%), kecepatan dan ketepatan kerja pada kategori rendah (59,5%), inisiatif kerja berada pada kategori kurang (59,5%), kemampuan kerja ada pada kategori kurang (64,3%), dan komunikasi berada pada kategori rendah (59,5%). Hal ini berarti bahwa indikator-indikator pada variabel kinerja guru kurang sesuai dengan yang dilakukan guru di sekolah/kelas.
Kemudian dari analisa deskriptif diperoleh hasil bahwa iklim kerja pada umumnya berada pada kategori cukup (95,1%). Hal ini berarti bahwa iklim kerja guru SMP di 34 sekolah di Banjarmasin adalah cukup, baik dilihat dari hubungan antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, guru dengan siswa, guru dengan orang tua siswa dan guru dengan staf administrasi.
Di samping itu juga ketertiban organisasi sekolah cukup baik, keamanan sekolah cukup baik, persaingan juga cukup sehat, dan fasilitas juga cukup, baik dipandang dari segi kualitas, kuantitas, maupun pemanfaatannya.
Ini berdasarkan hasil analisis deskriptif persub variabel diperoleh keakraban berada pada kategori cukup (50%), persaingan pada ketegori cukup (35,7%), ketertiban organisasi sekolah pada ketegori cukup (50%), keamanan pada ketegori cukup (50%), fasilitas pada ketegori cukup (66,6%), dan hubungan dengan orang tua siswa pada ketegori cukup (61,8%).
Iklim kerja memberikan kontribusi terhadap kinerja guru di 34 SMP sebesar 43,8%. Artinya bahwa varian iklim kerja mampu menjelaskan 43,8% varian kinerja guru SMP di 34 sekolah di Banjarmasin. Atau dengan kata lain 43,8% kinerja guru SMP  di 34 sekolah di Banjarmasin ditentukan oleh variabel iklim kerja.
Berdasarkan temuan penelitian ini dapat dinyatakan bahwa tinggi rendahnya kinerja banyak dipengaruhi oleh lingkungan kerja. Iklim kerja yang menyenangkan akan menjadi kunci pendorong bagi karyawan dan guru untuk meningkatkan kinerjanya. Iklim sekolah berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja guru.
Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh hasil bahwa pada umumnya kepemimpinan kepala sekolah di 34 SMP  di Banjarmasin , menurut persepsi guru adalah tinggi (85,72%). Yang dilihat dari segi keterbukaan dalam penyusunan program, pendelegasian wewenang dan pengelolaan keuangan, perhatian terhadap bawahan yang meliputi pengawasan, penyelesaian masalah, pembentukan suasana, kerja, interaksi di antara orang-orang di dalam sekolah dan Juga, dalam pengambilan keputusan. Hal ini disimpulkan berdasarkan analisis deskriptif sub variabel kepemimpinan kepala sekolah. Dari hasil analisis sub variabel ini diperoleh: keterbukaan berada pada kategori tinggi (61,9%), perhatian terhadap bawahan berada pada kategori tinggi (61,9%), interaksi berada pada kategori cukup (64,3%), dan pengambilan keputusan berada pada kategori tinggi (64,3%).
Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai kontribusi terhadap kinerja guru di 34 SMP di Banjarmasin. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis bahwa terdapat kontribusi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru sebesar 47,9%. Artinya bahwa varian kepemimpinan kepala sekolah mampu menjelaskan 47,9% varian kinerja guru SMP di Banjarmasin.
 Berdasarkan hasil analisis regresi ganda kinerja guru di 34 SMP Negeri di Banjarmasin  dapat dijelaskan oleh kedua variabel secara bersama-sama, yaitu veriabel kepemimpinan kepala sekolah (XI) dan iklim kerja (X2). Hasil uji F diperoleh F hitung 23,432 dengan (p = 0,000, < 0,05). Karena signifikansinya lebih kecil dari 0,05; berarti signifikan. Jadi secara bersama-sama, kedua variabel independen tersebut yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan  iklim kerja secara bersama-sama memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap kinerja guru di 34 SMP di banjarmasin. Kontribusi yang diberikan kedua variabel itu secara bersama-sama sebesar 54,6%.Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang positif  baik pada iklim kerja dengan kinerja guru, kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, dan kontribusi secara bersama-sama. Hal ini berarti semua hipotesis, baik hipotesis pertama, kedua, maupun ketiga yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima. Dapat disimpulkan pula bahwa terdapat Kontribusi Positif antara iklim kerja dengan kinerja guru.
Berada  semakin baik iklim kerja maka semakin baik juga kinerja guru, atau semakin baik kepemimpinan kepala sekolah semakin besar harapan untuk mendorong terjadinya kinerja dikalangan guru-guru yang lebih baik.Berdasarkan analisis untuk mengetahui kontribusi efektif masing-masing variabel yang dilakukan dengan perhitungan kontribusi. Sumbangan efektif masing-masing variabel ditunjukkan dengan nilai masing-masing prediktor. Dari masing-masing variabel bebas menunjukkan kontribusi efektif terbesar terhadap kinerja guru diperoleh dari variabel kepemimpinan kepala sekolah (31,5%). Dan yang kedua atau lebih kecil diperoleh dari iklim kerja I (23,1%). Apabila dilihat dari regresi ganda, maka kontribusi yang, diberikan oleh kedua variabel bebas secara bersama-sama adalah sebesar 54,6%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sekitar 45,4% kinerja guru 34 SMP di banjarmasin  dikontribusi oleh faktor-faktor lain selain iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah.









PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Secara umum kinerja guru dari 34 sekolah di Banjarmasin berada pada kategori kurang (80,90%). Bila dilihat dari masing-masing sub variabel: kualitas kerja berada pada kategori kurang (64,3%), kecepatan dan ketepatan kerja berada pada kategori rendah (59,5%), inisiatif dalam kerja berada pada kategori kurang (59,5%), kemampuan kerja berada pada kategori kurang (64,3%), dan kemampuan mengkomunikasikan pekerjaan berada pada kategori rendah (59,5%). Dari sub variabel tersebut diperinci lagi menjadi beberapa indikator yang meliputi antara lain: antara lain: merencanakan program, penguasaan bahan, pengelolaan pembelajaran, penyelesaian program pengajaran, penggunaan media dan sumber belajar, penggunaan metode belajar, penciptaan hal-hal baru, kemampuan memimpin kelas, menilai hasil belajar siswa, penguasaan landasan pendidikan, kemampuan mengkomunikasikan hal-hal baru dan keterbukaan.
2.      Variabel iklim kerja berdasarkan analisis deskriptif dilihat dari presentase kecenderungan berada pada kategori cukup (95,1%). Bila dilihat dari masing-masing sub variabel: keakraban berada pada kategori cukup (50%), persaingan pada ketegori cukup (35,7%), ketertiban organisasi sekolah pada ketegori cukup (50%), keamanan pada ketegori cukup (50%), fasilitas pada ketegori cukup (66,6%), dan hubungan dengan orang tua siswa pada ketegori cukup (61,8%).
3.      Dari hasil analisis kontribusi antara variabel iklim kerja dan kinerja guru diketahui iklim kerja berpengaruh terhadap kinerja guru di 34 SMP di Banjarmasin sebesar 43,8%
4.      Variabel kepemimpinan kepala sekolah berdasarkan analisis deskriptif dilihat dari presentase kecenderungan berada pada kategori tinggi (85,72%). Bila dilihat dari masing-masing sub variabel: keterbukaan berada pada kategori tinggi (61,9%), perhatian terhadap bawahan berada pada kategori tinggi (61,9%), interaksi berada pada kategori cukup(64,3%), dan pengambilan keputusan berada pada kategori tinggi (64,3%).
5.      Dari hasil analisis antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru diketahui kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 47,9%.
6.      Variabel iklim kerja dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama­sama memberikan sumbangan yang berarti terhadap kinerja guru di 34 SMP  di Banjarmasin . besarnya sumbangan kedua prediktor tersebut secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 54,6%
7.      Berdasarkan besarnya nilai kontribusi masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa variabel yang besar kontribusinya terhadap kinerja guru adalah variabel kepemimpinan kepala sekolah.




DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Boediono Soeyadi (Juli 1990). Efektifitas Guru Sekolah Dasar di Pulau Jawa. Prisma
th VIII no 7.

Cohen, J. (1977). Statistical Power Analysis for the Behavioral Sciences. (revised edition). New York : Academic Press.

Dedy Supriyadi. (1998). Mengangkat Tetra dan Martabat Guru. Yogyakarta Adicita Karyanusa

Hamzah, B. Uno (2007). Teori Motivasi dan  Pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara

Scholar : Jurnal Filsafat, Teori Analisis dan Inovasi PPS Universitas Negeri
Padang Vol 1 no 1 Desember 44-53

Henri Simamora. (2002). Manajemen sumber daya manusia edisi III. Yogyakarta
STIE YKPN Yogyakarta.

Husaini Usman. (2006). Manajemen Teori, Praktik dan Reset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Heresy, P.& Blanchard, K (1985). Management of Organizational Behavior Utilizing
Human Resources (5th ed). Englewood Cliffs: Prentice-Hall.

Indrajati Sidi. (1999). Refonnasi Pendidikan Menyonsong Millennium Ketiga. Jakarta
Buletin Pusat Perbukuan Depdiknas edisi November no 05.

  JaIal, F & Supriyadi, D. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita 

Kaplan, R. M. & Saccuzio. Denis P. (1982). Psychological Testing, Principles,
Application, and Issues. Monterey : Brooks/Cole Publushing Company.

Kusmanto. (2004). Menyoal Manajemen Berbasis Sekolah. Diambil dari
htt-p://www.mall-archiev.com/ppiindia@yahoogroups.coni/msg0001 4. htm]  Tanggal 22 Agustus, 2004

Mulyasa. E (2004). Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Ndraha Tangkalizandahu. (2000). Pengantar Teori Pembangunan Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Niron, M. D (2001). Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kualitas Kerja Bagi Guru dan Karyawan Sekolah. Dinamika Pendidikan : Jurnal kependidikan FIP UNY no 2 th VIII Nopember 97-113.

Onong Uchjana Effendy. (1999). Psikologi Manajemen dan Administrasi. Bandung :
Mandar Maju.

Owen, Robert, G (1995). Organizational Behavior in Education. Florida : Simon and
Shuster Company

Sergiovanni, T. (1982) Supervision of Teaching. New York : McGraw-Hill, Book
Company
Sudjana. (2000). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana.. (2002). Tekhnik Analisis Regresi dan Korelasi (Bagi Para Peneliti).
Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2001). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sumidjo, W. (1987). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sumidjo, W, (2003), Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Surya. (2002) Guru Antara Harapan, Kenyataan dan Keharusan. Jakarta: Grasindo

Sutarto. (2001). Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta : Gajahmada
Press.

Umaedi (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Ditjen
Dikdasmen Depdiknas.

YukI Gary. (1996). Leadership in Organizations. Englewood Cliffs: Prentice-Hall,
Inc.